Korea Utara, secara resmi disebut
Republik Demokratik Rakyat Korea (
Hangul: 조선민주주의인민공화국, Chosŏn Minjujuŭi Inmin Konghwaguk), adalah sebuah
negara di
Asia Timur, yang meliputi sebagian utara
Semenanjung Korea. Ibukota dan kota terbesarnya adalah
Pyongyang.
Zona Demiliterisasi Korea menjadi batas antara Korea Utara dan
Korea Selatan.
Sungai Amnok dan
Sungai Tumen membentuk perbatasan antara Korea Utara dan
Republik Rakyat Cina. Sebagian dari Sungai Tumen di timur laut merupakan perbatasan dengan
Rusia. Penduduk setempat menyebut negara ini
Pukchosŏn (북조선, "Chosŏn Utara").
Semenanjung Korea diperintah oleh
Kekaisaran Korea hingga dianeksasi oleh
Jepang setelah
Perang Rusia-Jepang tahun 1905. Setelah kekalahan Jepang pada
Perang Dunia II, Korea
dibagi menjadi wilayah pendudukan Soviet dan Amerika Serikat. Korea Utara menolak ikut serta dalam pemilihan umum yang diawasi
PBB yang diselenggarakan di selatan pada 1948, yang mengarah kepada pembentukan dua pemerintahan Korea yang terpisah oleh zone demiliterisasi. Baik Korea Utara maupun Korea Selatan kedua-duanya mengklaim kedaulatan di atas seluruh semenanjung, yang berujung kepada
Perang Korea tahun 1950. Sebuah gencatan senjata pada 1953 mengakhiri pertempuran; namun kedua-dua negara secara resmi masih berada dalam status perang, karena perjanjian perdamaian tidak pernah ditandatangani. Kedua negara diterima menjadi anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1991.Pada 26 Mei 2009, Korea Utara secara sepihak menarik diri dari gencatan senjata.
Korea Utara adalah sebuah
negara satu-partai di bawah
front penyatuan yang dipimpin oleh
Partai Buruh Korea. Pemerintahan negara mengikuti ideologi
Juche, yang digagas oleh
Kim Il-sung, mantan pemimpin negara ini. Juche menjadi ideologi resmi negara ketika negara ini mengadopsi konstitusi baru pada 1972,
[16] kendati Kim Il-sung telah menggunakannya untuk membentuk kebijakan sejak sekurang-kurangnya awal tahun 1955.
[17] Sementara resminya sebagai
republik sosialis, Korea Utara dipandang oleh sebagian besar negara sebagai negara
kediktatoran totaliter stalinis. Pemimpin saat ini adalah
Kim Jong-il, putera dari
Presiden Abadi Kim Il-sung.
Sejarah
Dampak dari
penjajahan Jepang yang berakhir dengan kekalahan
Jepang pada
Perang Dunia II tahun 1945 adalah Korea dibagi pada
paralel utara ke-38 mengikuti persetujuan dengan
PBB. Wilayah utara diatur oleh
Uni Soviet, dan bagian selatan oleh
Amerika Serikat. Sejarah Korea Utara secara resmi dimulai dengan pembentukan
Republik Rakyat demokratik pada 1948.
Pembagian Korea
Pada Agustus 1945,
Tentara Soviet membentuk Otoritas Sipil Soviet untuk memerintah negara ini hingga sebuah rezim domestik, yang bersahabat dengan Uni Soviet, dapat dibentuk. Setelah mundurnya tentara Soviet pada 1948, agenda utama pada tahun berikutnya adalah penyatuan Korea dari kedua belah pihak, namun konsolidasi rezim
Syngman Rhee di Selatan dengan dukungan militer Amerika dan penekanan pemberontakan pada Oktober 1948 mengakhiri harapan bahwa negara ini dapat disatukan kembali menurut cara revolusi
Komunis. Pada 1949, rezim Utara mempertimbangkan untuk melakukan intervensi militer ke
Korea Selatan, tetapi gagal mendapat dukungan dari Uni Soviet.
[21]
Penarikan kekuatan militer
Amerika Serikat dari Selatan pada Juni memperlemah
Rezim Selatan dan membuat
Kim Il-sung mempertimbangkan kembali rencana invasi ke Selatan.
[21] Gagasan itu sendiri awalnya ditolak oleh
Joseph Stalin, tetapi dengan perkembangan persenjataan nuklir Soviet, kemenangan
Mao Zedong di Cina, dan pertanda dari bangsa Cina bahwa mereka dapat mengirimkan serdadu dan sokongan lainnya ke Korea Utara, Stalin menyetujui penyerangan yang menjadi cikal bakal
Perang Korea.
[22]
Perang Korea
Monumen Korea Utara di Pyongyang.
Perang Korea adalah perang antara Korea Utara dan Korea Selatan yang dimulai pada 25 Juni 1950. Perang ini sempat berhenti sementara dengan gencatan senjata yang ditandatangani pada 27 Juli 1953. Konflik diakibatkan oleh pembagian Korea dan upaya kedua Korea untuk menyatukan kembali Korea dibawah pemerintahan mereka masing-masing. Perang ini menewaskan lebih dari 2 juta penduduk dan prajurit dari kedua belah pihak. Periode sebelum perang ditandai dengan konflik perbatasan pada paralel utara ke-38 dan upaya negosiasi pemilihan umum bagi keutuhan Korea.
[23] Negosiasi berakhir ketika
Tentara Rakyat Korea menyerbu Korea Selatan pada 25 Juni 1950. Di bawah restu
PBB,
Amerika Serikat dan sekutunya mendukung Korea Selatan. Setelah serangan balasan Korea Selatan, tentara
Cina mendukung Korea Utara, dan pada akhirnya mengarah kepada gencatan senjata yang hampir memulihkan kembali perbatasan awal antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Sejak gencatan senjata tahun 1953, hubungan antara pemerintah Korea Utara dengan Korea Selatan, Uni Eropa, Kanada, Amerika Serikat, dan Jepang tetap tegang. Pertempuran dihentikan dengan gencatan senjata, tetapi kedua Korea secara teknis masih berada dalam keadaan perang. Baik Korea Utara maupun Selatan menandatangani
Deklarasi Gabungan Utara-Selatan 15 Juni pada tahun 2000, ketika kedua pihak berjanji untuk mengupayakan penyatuan kembali dengan cara damai.
[24] Selain itu pada 4 Oktober 2007, para pemimpin dari Utara dan Selatan bergandengan tangan untuk mengadakan rapat puncak yang membicarakan pernyataan penghentian perang secara resmi dan mengukuhkan kembali prinsip non-agresi.
[25]
Abad ke-20
Korea Utara dan Selatan tidak pernah menandatangani perjanjian perdamaian dan dengan demikian secara resmi masih dalam status perang; hanya sebuah
gencatan senjata yang diumumkan.
[26] Upaya perdamaian disela oleh beberapa pertempuran kecil dan upaya pembunuhan. Korea Utara gagal di dalam beberapa upaya pembunuhan terhadap pemimpin Korea Selatan, dengan yang paling dikenal pada 1968, 1974, dan
Pengeboman Rangoon pada 1983. Terowongan seringkali ditemukan di bawah Zona Demiliterisasi, dan perang hampir meletus akibat
Insiden Pembunuhan Kapak di
Panmunjeom pada 1976.
[27] Pada 1973, hubungan tingkat tinggi yang sangat rahasia mulai dilakukan melalui kantor-kantor
Palang Merah, tetapi berakhir setelah insiden Panmunjeom dengan sedikit kemajuan.
[28]
Pada akhir tahun 1990-an, ketika Korsel mengalami transisi menjadi demokratis, keberhasilan
Nordpolitik dan dengan diambil alihnya kekuasaan di utara oleh putra Kim Il-sung,
Kim Jong-il, maka kedua negara untuk pertama kalinya mulai berhubungan secara terbuka, dengan Korsel yang menyatakan
Kebijakan Sinar Matahari.
[29][30]
Abad ke-21
Pada 2002, Presiden Amerika Serikat
George W. Bush menjuluki Korea Utara sebagai bagian dari "
poros setan" dan "
outpost of tyranny". Hubungan tingkat tinggi yang pernah dilakukan pemerintah Korea Utara dengan Amerika Serikat adalah kunjungan
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Madeleine Albright ke Pyongyang pada tahun 2000,
[31] meskipun kedua negara tidak menjalin hubungan diplomatik yang resmi.
[6] Pada tahun 2006, hampir 37.000 serdadu Amerika masih berada di Korea Selatan, meski sejak Juni 2009 jumlah ini berkurang menjadi sekitar 30.000 saja.
[32][33] Kim Jong-il secara pribadi menerima kehadiran tentara Amerika Serikat di Semenanjung Korea.
[34] Bagaimanapun, secara umum, Korea Utara sangat menuntut penarikan serdadu Amerika dari Korea.
[34]
Pada 13 Juni 2009, kantor berita Amerika Serikat,
Associated Press, melaporkan bahwa sebagai tanggapan bagi sanksi-sanksi baru dari PBB, Korea Utara menyatakan bahwa pihaknya akan melanjutkan program pengayaan uranium. Hal ini menandai bahwa untuk pertama kalinya, pemerintah Korea Utara mengakui di depan dunia bahwa pihaknya memang melakukan program pengayaan
uranium.
[35] Pada 5 Agustus 2009, mantan presiden Amerika Serikat,
Bill Clinton bertemu dengan Kim Jong-il untuk menjamin pembebasan dua orang wartawan Amerika Serikat,
Laura Ling dan
Euna Lee, yang ditangkap karena memasuki Korea Utara secara ilegal.
[36] Pada 28 Agustus 2010 mantan Presiden Amerika Serikat,
Jimmy Carter, berhasil membawa pulang seorang guru dan aktivis Amerika Serikat, Aijalon Mahli Gomes, yang ditangkap karena memasuki Korea Utara secara ilegal.
[37]
Geografi
Korea Utara menguasai sebagian utara
Semenanjung Korea, meliputi wilayah seluas 120,540
km² (46.541
mil²). Korea Utara berbatasan dengan Republik Rakyat Cina dan Rusia di utara, dan dengan Korea Selatan di sepanjang
Zona Demiliterisasi Korea. Batas barat Korea Utara adalah
Sungai Kuning dan
Teluk Korea, sementara di timur terdapat Jepang di seberang
Laut Jepang. Titik tertinggi di Korea Utara adalah
Gunung Paektu-san dengan ketinggian 2,744
m (9.003
kaki). Sungai terpanjang di Korea Utara adalah Sungai Amnok yang mengalir sepanjang 790 kilometre (491 mi).
[38]
Iklim Korea Utara relatif
sedang. Menurut
klasifikasi iklim Köppen, negara ini beriklim
Dwa, dengan musim panas yang hangat dan musim dingin yang kering. Pada musim panas, terdapat musim hujan singkat yang disebut
changma.
[39]
Pada 7 Agustus 2007,
bencana banjir terburuk dalam 40 tahun terakhir melanda Korea Utara, sehingga pemerintah meminta bantuan kepada dunia internasional. Beberapa
Lembaga Swadaya Masyarakat atau
Organisasi Non-Pemerintah, semisal
Palang Merah, meminta orang-orang untuk menyumbang karena kekhawatiran akan terjadinya bencana kemanusiaan.
[40]
Pusat pemerintahan dan kota terbesar Korea Utara adalah
Pyongyang; kota-kota besar lainnya di antaranya adalah
Kaesong,
Sinuiju,
Wonsan,
Hamhung, dan
Chongjin.
Topografi
Para wisatawan dari
Eropa yang mengunjungi Korea menyatakan bahwa negara itu menyerupai "
laut di tengah-tengah angin ribut" karena banyaknya
rentang perbukitan yang silih berganti menyelang-nyelingi semenanjung itu.
[41] Kira-kira 80% daratan Korea Utara terdiri dari beberapa
gunung dan
dataran tinggi, dipisahkan oleh
lembah-lembah yang dalam dan sempit.
Dataran pesisir luas di barat dan tersekat-sekat di timur. Sebagian besar penduduk menetap di
daratan rendah.
Titik tertinggi di Korea Utara adalah
Gunung Baekdu, dengan ketinggian antara
Templat:Convert/Dual/LoffAoffDbSoff di atas permukaan laut. Gunung ini terletak di dekat perbatasan dengan Cina.
[41] Pegunungan Hamgyong, berada di bagian timur laut semenanjung, memiliki banyak puncak tinggi, seperti
Gwanmosan pada ketinggian sekitar 1,756
m (5.761
kaki). Pegunungan besar lainnya adalah
Pegunungan Rangrim, yang terletak di bagian utara-tengah Korea Utara dan membentang pada arah utara-selatan, membuat komunikasi antara bagian barat dan timur negara ini cukup sulit; dan Pegunungan
Kangnam, yang membentang di sepanjang perbatasan RRC-Korea Utara.
Geumgangsan, sering juga ditulis sebagai Gunung Kumgang, atau Gunung Berlian, (setinggi hampir 1.638 meter di atas permukaan laut) di
Pegunungan Taebaek, yang memanjang hingga ke Korea Selatan, terkenal akan pemandangannya yang indah.
[41]
Dataran di Korea sebagian besar berukuran kecil, dengan yang paling luas adalah dataran
Pyongyang dan
Chaeryong, masing-masing memiliki luas sekitar 500 kilometer persegi. Karena gunung-gunung di pesisir timur menghunjam tajam ke laut, dataran yang ada di timur lebih kecil daripada di pesisir barat. Tidak seperti tetangganya, Jepang atau Cina bagian utara, Korea Utara mengalami
gempa bumi yang lebih jarang.
Iklim
Korea Utara memiliki
iklim kontinental dengan empat
musim yang berbeda-beda.
[42] Musim dingin yang panjang membawa cuaca dingin dan cerah, berpadu dengan badai salju, sebagai akibat dari
angin utara dan barat laut yang berhembus dari
Siberia. Sepanjang musim dingin, rata-rata hujan salju turun selama 37 hari. Cuaca di wilayah pegunungan utara cenderung buruk. Sementara itu,
pusim panas cenderung singkat, panas, lembab, dan berhujan karena adanya angin
muson dari selatan dan tenggara yang membawa
uap air dari
Samudra Pasifik.
Angin taifun memengaruhi semenanjung itu paling tidak sekali setiap musim panas.
[42] Musim semi dan
musim gugur merupakan musim peralihan yang ditandai oleh suhu yang sedang dan angin yang bervariasi, dan memberikan cuaca yang paling nyaman. Bencana alam di antaranya kekeringan panjang di penghujung musim semi yang seringkali diikuti oleh
banjir. Terkadang terjadi
badai tropis di sepanjang permulaan musim gugur.
Pembagian administratif
Korea Utara dibagi menurut provinsi
Kota-kota besar
Budaya dan seni
Perpustakaan elektronik Universitas Kimchaek di
Pyongyang Seni dan sastra di Korea Utara dikendalikan sepenuhnya oleh negara dan
Partai Buruh Korea.
[43]
Kebudayaan Korea mengalami penindasan pada masa
penjajahan Jepang dari 1910 hingga 1945. Jepang menerapkan kebijakan
asimilasi budaya. Selama masa penjajahan itu, bangsa Korea dipaksa belajar dan berbahasa Jepang, mengadopsi sistem nama keluarga Jepang dan agama
Shinto, dan dilarang menulis atau berbicara menggunakan bahasa Korea di dalam sekolah, perdagangan, atau tempat-tempat umum lainnya.
[44] Selain itu, bangsa Jepang menukar atau mengganti berbagai monumen Korea, seperti
Istana Gyeongbok, dan dokumen-dokumen yang menggambarkan bangsa Jepang secara buruk diubah.
Pada Juli 2004,
Kompleks Pemakaman Goguryeo menjadi situs pertama di negara ini yang dimasukkan ke dalam daftar
Situs Warisan Dunia oleh
UNESCO.
Pada Februari 2008,
New York Philharmonic Orchestra menjadi kelompok musik Amerika Serikat pertama yang melakukan pertunjukan di Korea Utara,
[45] meskipun hanya untuk "penonton undangan" yang dipilih.
[46] Konser ini disiarkan oleh televisi nasional.
[47]
Sebuah acara populer di Korea Utara adalah
Permainan Massal. Permainan Massal terkini dan terbesar disebut "
Festival Arirang". Acara ini diselenggarakan selama enam malam berturut-turut setiap dua bulan, dan melibatkan lebih dari 100.000 peserta. Penonton acara ini dalam tahun-tahun terakhir melaporkan bahwa perasaan anti-Barat semakin menurun. Permainan Massal melibatkan pertunjukan tarian, senam, dan sederetan
koreografi yang merayakan sejarah Revolusi Korea Utara dan Partai Buruh. Permainan diadakan di beberapa tempat di Pyongyang, seperti
Stadion Hari Buruh Rungrado, yang merupakan stadion terbesar di dunia dengan daya tampung 150.000 orang.
Pemerintah dan politik
Korea Utara adalah negara yang menyatakan secara sepihak sebagai negara
Juche (percaya dan bergantung kepada kekuatan sendiri).
[48] Pemujaan kepribadian terhadap
Kim Il-sung dan Kim Jong-il dilakukan secara terorganisir. Setelah mangkatnya Kim Il-sung pada 1994, ia tidak digantikan melainkan memperoleh gelar "
Presiden Abadi", dan dikuburkan di
Istana Memorial Kumsusan di Pyongyang pusat.
Meskipun kedudukan presiden dipegang oleh Kim Il-sung yang telah meninggal,
[49] kepala negara
de fakto adalah Kim Jong-il, yang kini menjabat sebagai
Ketua Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara. Badan legislatif Korea Utara adalah
Majelis Tertinggi Rakyat, kini diketuai oleh
Kim Yong-nam. Tokoh pemerintahan senior lainnya adalah
Kepala Pemerintahan Kim Yong-il.
Korea Utara adalah negara yang menganut sistem satu partai. Partai yang memerintah adalah
Front Demokratik untuk Reunifikasi Tanah Air, sebuah koalisi
Partai Buruh Korea dan dua partai kecil lainnya,
Partai Demokratik Sosial Korea dan
Partai Chongu Chondois. Partai-partai ini mengajukan semua calon untuk menempati posisi pemerintahan dan memegang semua kursi di Majelis Tertinggi Rakyat.
Pada Juni 2009, dilaporkan oleh sebuah media Korea Selatan bahwa terdapat isyarat yang menunjukkan bahwa calon pemimpin Korea Utara berikutnya adalah
Kim Jong-un, putera termuda Kim Jong-il (Kim Jong-il memiliki tiga putera).
[50]
[sunting] Hubungan luar negeri
Korea Utara telah memelihara hubungan yang akrab dengan RRC dan Rusia sejak lama.
Jatuhnya komunisme di Eropa Timur tahun 1989, dan pecahnya Uni Soviet pada 1991, berdampak pada semakin berkurangnya bantuan kepada Korea Utara dari Rusia, meskipun Cina tetap saja memberikan bantuan penting. Korea Utara memelihara ikatan yang kuat dengan sekutu
sosialisnya di Asia Tenggara, yaitu
Vietnam,
Laos, dan
Kamboja.
[51]
Korea Utara telah memulai pembangunan
Pagar Perbatasan Cina-Korea di perbatasan utara, sebagai tanggapan bagi harapan Cina yang ingin mengekang para pengungsi yang melarikan diri dari Korea Utara. Sebelumnya, perbatasan antara Cina dan Korea Utara hanya diawasi oleh sedikit petugas patroli.
Sebagai akibat dari
program senjata nuklir Korea Utara,
pembicaraan enam-pihak diselenggarakan untuk mencari penyelesaian damai terkait ketegangan di antara dua pemerintah Korea, Federasi Rusia, Republik Rakyat Cina, Jepang, dan Amerika Serikat.
Pada 17 Juli 2007, para inspektur PBB memverifikasi penutupan lima fasilitas nuklir Korea Utara, sesuai persetujuan Februari 2007.
[52]
Pada 4 Oktober 2007, Presiden Korea Selatan (Roh Moo-Hyun) dan pemimpin Korea Utara (Kim Jong-il) menandatangani sebuah perjanjian damai berisi delapan pasal, yang mengajukan perdamaian abadi, pembicaraan tingkat tinggi, kerjasama ekonomi, perbaharuan kereta api, perjalanan udara, jalan bebas hambatan, dan barisan penyorak olimpiade gabungan.
[25]
Amerika Serikat dan Korea Selatan sebelumnya menuduh Korea Utara sebagai
negara yang mendukung terorisme.
[53] Pengeboman 1983 yang membunuh anggota pemerintahan Korea Selatan dan
penghancuran pesawat terbang Korea Selatan telah dituduhkan kepada Korea Utara.
[54] Korea Utara juga dianggap bertanggung jawab atas penculikan 13 warga negara Jepang pada 1970-an dan 1980-an, lima dari mereka dikembalikan ke Jepang pada 2002.
[55] Pada 11 Oktober 2008, Amerika Serikat menghapus Korea Utara dari daftar negara pendukung terorisme ini.
[56]
Sebagian besar kedutaan asing yang memiliki hubungan diplomatik dengan Korea Utara berada di Beijing, bukan di Pyongyang.
[5